Selasa, 04 Agustus 2015

Konsep Minat Belajar, Pengertian, Indikator, Tujuan



A. MINAT BELAJAR
1. Pengertian Minat Belajar
a. Pengertian Minat
 Minat merupakan aspek yang penting dalam proses belajar dan mengajar. Dimana minat merupakan salah satu faktor yang ikut mempengaruhi tercapai atau tidaknya tujuan dari belajar itu sendiri. Oleh karena itu untuk mengetahui gambaran tentang minat, perlu diketahui dan dipahami tentang apa sebenarnya minat belajar itu. 
 Untuk lebih jelasnya maka penulis akan mengutip beberapa definisi tentang minat dari beberapa orang ahli, diantaranya:
 Whitterington mengatakan bahwa minat adalah: “Kesadaran seseorang, bahwa suatu obyek, seseorang, suatu soal, atau situasi mengandung sangkut paut dengan dirinya”.1
 Sedangkan Ahmad D. Marimba mengatakan bahwa: ”Minat adalah kecenderungan jiwa kearahan sesuatu karena sesuatu itu mengandung arti bagi kita, sesuatu ini memberikan kebutuhan kita dapat menyenangkan kita. Jadi bukan kecenderungan yang dipaksa”.2
Pendapat senada juga dikemukakan oleh A. S. Hornby yang memberikan pengertian bahwa minat adalah : “Conditions of wanting to know or learn a bout something “.3  Artinya suatu keadaan yang berkeinginan untuk mengetahui atau mempelajari tentang sesuatu.
b. Pengertian Belajar
    Jika kita bertanya kepada seseorang tentang apakah yang dimaksud dengan belajar itu, maka akan memperoleh jawaban yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena adanya kenyataan bahwa perbuatan belajar itu sendiri bermacam-macam.
Banyak jenis kegiatan yang oleh kebanyakan orang disepakati sebagai perbuatan belajar, misalnya menirukan ucapan kalimat, mengumpulkan pembedaharaan kata, mengumpulkan fakta-fakta dan lain-lain.
Dengan kenyataan diatas maka terdapatlah definisi belajar. Berikut ini akan mengemukakan beberapa difinisi tentang belajar. James O. Whittaker mengatakan bahwa belajar adalah : “Proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman”.4 Dengan demikian perubahan yang terjadi akibat pertumbuhan fisik, kematangan kelelahan, pengaruh obat-obatan, penyakit dan sebagainya tidaklah termasuk belajar.
Kemudian Mouly mengatakan bahwa : “Belajar pada hakekatnya adalah proses perubahan tingkah laku seseorang berkat adanya pengalaman”.5 Sedangkan Gerry dan Kingsley berpendapat bahwa : “Belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang orsinil melalui pengalaman dan latihan “.6
Dari pendapat-pendapat diatas dapat kita simpulkan bahwa belajar merupakan proses dasar dari perkembangan manusia baik itu perkembangan tingkah laku ataupun pengetahuan melalui latihan atau peengalaman. Dengan demikian dapat kita katakan bahwa minat belajar adalah kecendrungan jiwa terhadap sesuatu dalam hal ini belajar yang didasari oleh perasaan senang agar terjadi perubahan tingkah laku atau pengetahuan melalui latihan atau pengalaman. Atau singkatnya dapat kita katakan bahwa minat belajar adalah perasaan tertarik atau senang untuk belajar. 
2. Proses Terjadinya Minat
Untuk lebih dalam lagi mengetahui tentang minat, ada baiknya kita juga mengetahui bagaimana proses terjadinya minat tersebut. Minat yang ada dalam diri seseorang dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya dipengaruhi oleh perkembangan anak juga lingkungan.Hal ini sesuai dengan pendapat S. Nasution bahwa: “Minat anak dapat berubah-ubah. Ada minat yang timbul karena perkembangan anak misalnya minat untuk alam sekitar, untuk keadaan sosial, untuk agama “.7
Terjadinya minat yang didasarkan atas perkembangan anak timbul karena :
a. Dorongan Kodrat (Basic Drives)
    - dibidang biologi seperti makan, minum dll.
    - dibidang psychis seperti ingin tahu, ingin kenal dll
b. Pengalaman yang diperoleh anak (acquired drives) misalnya anak akan tertarik akan soal-soal mesin hal ini terlihat karena ayahnya seorang montir.8

 Minat ini terjadi dengan sendirinya, sesuai dengan tingkat perkembangan seseorang. Minat ini timbul sesuai dengan dorongan kodrati atau kebutuhan manusiawi dan juga disebabkan oleh pengalaman-pengalaman yang diperoleh seseorang dalam kehidupannya.
 Sedangkan minat yang terjadi akibat pengaruh lingkungan ditentukan berdasarkan pendidikan, pengalaman atau penelitian. Hal ini sesuai dengan pendapat S. Nasution bahwa : “Minat anak lebih banyak di tentukan oleh studi, pengalaman atau penelitian”.9
Sehubungan dengan itu, M. Ngalim Purwanto mengatakan bahwa : “Dari eksploitasi dan manipulasi yang dilakukan anak-anak itu, lama-lama timbul minat terhadap sesuatu”.10  Dari penelitian yang dilakukan oleh seorang anak, pada mulanya mungkin hanya sekedar mencoba, namun lama-kelamaan dengan kesungguhan dan keseriusan akan timbul rasa tertarik dan senang kemudian akan menimbulkan minat.
Proses terjadinya minat pada dasarnya diawali oleh perasaan senang, lalu timbul sikap posiitf yang akhirnya menjadi minat. Hal ini senada dengan pendapat W.S Winkel berikut :“Perasaan senang akan menimbulkan minat pula, yang diperkuat lagi dengan sikap positif. Yang mana diantara hal-hal itu timbul terlebih dahulu, sukar ditentukan dengan pasti. Mungkin pada umumnya berlaku urutan psikologi sebagai berikut : perasaan-senang-minat. Kiranya terjadi hubungan yang erat antara bermotifasi intrinsik-minat berperasaan senang”.11
Berdasarkan pendapat-pendapat diatas, dapat penulis katakan bahwa proses terjadinya minat akibat perkembangan yang terjadi dalam diri seseorang, penglaman atau pengaruh dari luar terutama pendidikan. Jadi secara urutan dapat dikatakan bahwa terjadinya minat adalah bermula dari perasaan senang pada sesuatu, kemudian timbul sikap positif selanjutnya baru timbul minat.
3. Pentingnya Minat dalam Belajar
Sudah kita ketahui bahwa minat merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam kegiatan belajar, sebab minat merupakan pendorong usaha. Tanpa adanya minat maka kegiatan belajar akan berkurang atau akan timbul perasaan malas dalam diri siswa. Sebagaimana dikemukakan oleh S. Nasution bahwa : “Pelajaran akan berjalan lancar bila ada minat, anak akan malas tidak belajar, gagal, karena tidak adanya minat”.12
Pentingnya minat dalam aktifitas belajar dapat kita lihat dari pendapatnya Wayan Nurkencana dan Sumatana mengatakan :“Minat yang timbul dari kebutuhan anak-anak akan merupakan faktor pendorong bagi anak-anak dalam melasanakan usahanya. Jadi dapat dilihat pada minat adalah sangat penting dalam pendidikan merupakan sumber usaha. Anak-anak tidak perlu mendapatkan dorongan dari luar apabila pekerjaannya cukup menarik minatnya”.13  
Berdasarkan pendapat diatas, jelaslah bahwa minat merupakan aspak yang sangat penting dalam aktifitas belajar, dengan adanya minat anak akan terdorong untuk berusaha sebab minat merupakan sumber usaha. Begitu juga sebaliknya tidak adanya minat dalam belajar menjadikan aktifitas dalam belajar akan terganggu, anak akan merasa malas,  mengakibatkan terhambatnya proses belajar dan mengajar yang berarti pula menghambat tujuan itu sendiri dan akhirnya dapat dipastikan akan berpengaruh pada hasil belajar  atau prestasi belajar akan menurun.
Minat dalam belajar sangat penting sebab minat merupakan pendorong untuk tertarik dan menyayangi sesuatu dalam hal ini belajar.
Sehingga tanpa adanya dorongan dari luarpun anak akan tetap belajar dan melakukan aktifitas dengan senang hati.
Dengan demikian jelas minat belajar akan memberikan nilai yang positif dalam mencapai sesuatu keberhasilan di dalam mempelajari sesuatu, sebab minat akan menjadikan anak senang dan bergairah dalam menghadapi pelajaran.
4.  Faktor-faktor penyebab kurangnya Minat belajar
Minat sangatlah penting dalam proses belajar mengajar. Tanpa adanya minat dalam belajar maka akan timbul kesulitan-kesulitan dalam belajar itu sendiri. Kesulitan belajar yang timbul sebagai dampak dari kurangnya minat, pada dasarnya dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal atau faktor yang berasal dari dalam diri dan faktor eksternal atau faktor yang berasal dari luar diri siswa. Sebagai mana yang dikatakan oleh Dewa Ketut Sukardi bahwa :
Faktor internal  adalah faktor yang menyangkut seluruh dari pribadi termasuk  fisik maupun mental atau psikopisiknya yang ikut menentukan berhasil tidaknya seseorang belajar. Dan Eksternal adalah faktor yang bersumber dari luar individu yang  bersangkutan, misalnya ruang belajar yang tidak memenuhi syarat, alat-alat belajar yang tidak memadahi, dan lingkungan sosial maupun lingkungan alamiahnya.14

Dari pendapat diatas dapat dipahami bahwa pada garis besarnya minat belajar dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri pribadi siswa dan faktor eksternal atau faktor yang berasal dari luar diri siswa tersebut.
Untuk lebih jelasnya akan kita lihat apa saja faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang ikut mempengaruhi minat belajar siswa juga faktor apa saja yang berasal dari luar diri  luar diri siswa.
  1. Faktor Internal 
Faktor-faktor internal yang ikut mempengaruhi minat belajar siswa diantaranya adalah faktor pelajaran ynag tidak sesuai dengan bakat, kebutuhan dan tingkat kemampuan siswa, sebagai mana yang dikemukakan oleh Abu Ahmadi dan Widodo Supriono bahwa : “Belajar yang tidak ada minatnya mungkin tidak sesuai dengan bakatnya, tidak sesuai dengan kebutuhan, tidak sesuai dengan percakapan, tidak sesuai dengan tipe-tipe khusus anak banyak menimbulkan problem pada dirinya. Karena itu pelajaranpun tidak pernah terjadi proses dalam otak, akibatnya timbul kesulitan”.15
 Pelajaran yang disampaikan oleh guru, jika tidak sesuai dengan taraf kemampuan dan kesanggupan siswa akan menyebabkan kesulitan bagi mereka dan ini akan menjadi penyebab kurangnya minat belajar siswa .
 Dalam teori belajar kita ketahui bahwa kemampuan berfikir siswa tidaklah sama antara yang satu dengan yang lainnya. Begitu juga kemampuan dalam menerima pelajaran. Dalam dalam hal ini guru dituntut untuk bisa menyajikan pelajaran sesuai dengan tingkat kemampuan anak. Sesuai dengan pendapat S. Nasution bahwa : “Pelajar disesuaikan dengan kesanggupan individu“.16 
Jadi jelasnya bahwa pelajaran yang tidak sesuai dengan kesanggupan dan kemamapuan siswa akan menjadi penyebab kurangnya minat belajar siswa.
Kemudian keadaan fisik seorang anak juga ikut mempengaruhi minat belajarnya. Anak yang sakit atau kurang sehat akan mengalami kesulitan dalam belajar, sebagai mana yang dikatakan oleh Abu Ahmadi dan Widodo Supriono bahwa : ”Anak yang kurang sehat, ngantuk daya konsentrasinya hilang, kurang semangat pikiran terganggu”.17
Jika seseorang anak sakit atau kurang sehat, maka ia akan mengalami berbagai gangguan seperti pusing, mudah capek pikiran terganggu dan daya konsentrasinya akan hilang. Dan tentu saja hal ini akan membuat minat belajar anak terganggu bahkan hilang.
Selain itu, ada lagi faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang ikut mempengaruhi minat belajar, faktor itu adalah sikap dalam belajar.          
Sikap merupakan faktor psikologi yang akan mempengaruhi minat belajar. Dalam hal ini, sikap yang akan mempengaruhi minat belajar siswa adalah sikap positif (menerima / suka) terhadap pelajaran yang akan dipelajari. Sebagaimana yang dikatakan oleh Drs.H.M. Alisuf Sobri bahwa : “Sikap yang akan menunjang belajar seseorang ialah sikap positif (menerima/suka) terhadap bahan / mata pelajaran yang akan dipelajari, terhadap guru yang mengajar seperti : kondisi kelas, teman-temannya, sarana pengajaran dan sebagainya”.18
 Jika anak bersifat positif terhadap pelajaran, maka akan mudah baginya untuk mengikuti pelajaran. Sebaliknya, jika anak tidak bersikap positif maka anak akan merasa malas dan tidak mau belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Alisuf Sobri bahwa : ”Apabila siswa tidak berminat kepada bahan / mata pelajaran juga kepada gurunya, maka siswa tidak akan mau belajar”.19
Jadi jelaslah bahwa sikap belajar anak juga ikut mempengaruhi minat belajar anak. Sikap yang positif akan membuat anak bersemangat dalam belajar, dan sebaliknya sikap yang negatif akan membuat anak malas dan tidak mau belajar dengan baik.
Sekarang kita akan lihat faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar anak yang berasal dari luar pribadi anak atau yang disebut faktor eksternal.

  1. Faktor eksternal.
            Faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar anak yang berasal dari luar pribadi anak antara lain adalah faktor kurangnya penggunaan alat peraga / media.
Thomas F. Stison mengatakan :
 “Ingatlah bahwa alat-alat pelajaran itu alat dan selain harus menarik dan menyenangkan, maka alat itu harus merangsang minat terhadap pelajaran itu sendiri lebih dari pada minat terhadap alat-alat pelajarannya”.20 Alat peraga atau media yang digunakan Guru di kelas
Alat pelajaran atau media yang digunakan oleh seorang guru juga dapat mempengaruhi minat belajar siswa. Media tepat serta penggunaan yang efektif akan merangsang siswa terhadap pelajarannya, sebaliknya kurangnya penggunaan media atau tidak tepatnya media yang digunakan dapat menjadi penyebabnya kurangnya minat belajar siswa. Sebagaimana yang dikatakan oleh Tayar yusuf dan Syaiful Anwar bahwa : “Alat peraga hendaknya dapat memancing motivasi, minat dan perhatian anak didik, sehingga menarik dan merangsang anak didik untuk belajar”.21
Jadi jelaslah bahwa media pengajaran sangat mempengaruhi minat belajar anak. Kurangnya penggunaan media dalam pengajaran akan mengakibatkan pula kurangnya minat belajar siswa.
Kurangnya penggunaan metode pengajaran juga dapat mempengaruhi minat anak. Agar pelajaran dapat berjalan dengan baik guru dituntut untuk bisa menggunakan metode yang tepat dan variatif. Sebagaimana pendapat Muhammad Sholeh Samak bahwa : ﺇﺫﺍﺍﺭﺍﺩﺍﻟﻨﺠﺎﺡ ﻟﻠﻤﺪﺭﺱ ﻋﻨﻪ ﻣﻌﺪ ﺍﻣﺮ ﻳﻘﺔ ﺍﻟﻃﺮ ﺗﻨﻮ ﺗﺎ ......
ﻭﺍﺣﺪﺓ      ﺑﻂﺮﻳﻘﺔ  ﻵﻳﺘﻢ   ﻷﻥﺍﺗﻌﻟﻴﻢ      ﺋﺪﺓ ﺍﻟﻔﺎ ﻭﻟﻤﺎ

Artinya : “.......... Maka penggunaan beraneka ragam metode tidaklah menjadi penghalang bagi semua guru jika dia menginginkan keberhasilan dalam mengajar dan mendatangkan manfaat, karena pengajaran itu tidak cukup menggunakan metode saja”.22
Guna menunjang keberhasilan dalam proses belajar mengajar, seorang guru harus bisa menggunakan berbagai metode dalam mengajar. Dia harus mampu memilih metode yang sesuai dengan pelajaran yang akan disampaikan. Hal ini sesuai dengan pendapat Tayar Yusuf dan Syaiful Anwar bahwa : “Pengajaran diharapkan berjalan dengan baik dimulai dengan pemilihan metode serasi”.23
     Menyampaikan pengajaran dengan hanya menggunakan satu metode saja akan menjadikan proses belajar dan mengajar berjalan secara monoton, dan itu akan menjadikan rasa jenuh dalam diri siswa yang akhirnya akan menyebabkan kurangnya minat siswa.
Kemudian faktor lain yang ikut mempengaruhi minat belajar anak akan berasal dari luar pribadi anak itu yang tak kalah pentingnya adalah faktor penampilan sosok guru.
Kurt Singger mengakatakan :
“Perjumpaan dengan murid dan bentuk-bentuk kepribadian guru tentu turut menentukan kecenderungan minat yang bagaimana yang dikembangkan simurid untuk bidang-bidang pengajaran yang mana saja ia bersikap terbuka, untuk menutup dirinya, ciri-ciri watak yang bagaimana yang tumbuh dalam dirinya”.24
Kurangnya simpati siswa terhadap sosok penampilan seorang guru dapat juga menjadi penyebab kurangnya minat belajar siswa, sebab hal tersebut dapat mempengaruhi kegairahan anak didik dalam mengikuti dan menerima penagajaran yang disampaikan oleh guru tersebut.
Singgih D. Gunarsa menyebutkan ada beberapa hal yang menyebabkan guru kurang disenangi siswa antara lain :
1.      Guru tersebut menakutkan
2.      Guru membedakan dalam perlakuanya terhadap siswa yang satu dengan yang lainnya
3.      Guru tersebut kurang mau mendengarkan atau menjawab pertanyaan yang diajukan oleh anak didiknya.
4.      Terdapat persolan antara guru itu dengan anak didiknya 25

Selain itu penampilan dan cara guru memberikan pelajaran secara monoton dan kurangnya bervariasi juga menjadi penyebab kurangnya simpati siswa terhadap sosok seorang guru, jadi jelaslah bahwa sosok seorang guru sangat mempengaruhi minat belajar siswa.
Guru harus mampu menyampaikan pelajaran kepada siswa dengan cara yang sebaik-baiknya. Bukanlah dalam Al-Qur’an Allah telah memerintahkan kepada kita untuk dapat menyampaikan pelajaran dengan baik . Seperti yang tercantum dalam Al-Qur’an Surat An-Nahl ayat 125 yang berbunyi :
ﺍﺪﻉ ﺇﻠﻰ ﺴﺒﻳﻞ ﺭﺒﻚ ﺒﺎ ﻠﺤﻛﻣﺔ ﻮﺍﻠﻣﻮﻋﻂﺔ ﺍﻠﺤﺴﻨﺔ ﻮﺠﺎ ﺪﻠﻬﻣ ﺒﺎﻠﺘﻲﻫﻲ ﺃﺤﺲ        
Artinya : Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantalah mereka dengan cara baik (An-Nahl : 125) 26
Sifat  guru juga di jelaskan diayat lain didalam Al-Quran surat Ali Imran 3:159 yang berbunyi:
ﻓﺒﻤﺎﺮﺤﻤﺔﻤﻦﺍﷲﻠﻨﺖﻠﻬﻢﻮﻠﻮﻛﻨﺖﻓﻅﺎﻏﻠﻴﻅﺍﻠﻗﻠﺐﻵﻨﻓﻀﻮﺍﻣﻦﺤﻮﻠﻚﻓﺎﻋﻒﻋﻨﻬﻢ ﻮﺁﺴﺗﻐﻓﺮﻠﻬﻢﻮﺸﺎﻮﺮﻫﻢﻓﻰﺍﻷﻤﺮﻓﺎﺫﺍﻋﺯﻤﺖﻓﺘﻮﻛﻞﻋﻠﻰﺍﷲﺇﻦﺍﷲﻴﺤﺐﺍﻠﻤﺘﻮﻛﻠﻴﻦ             
Artinya:” Maka disebabkan rahmat Allahlah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan bagi mereka dan  dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah bulat tekad bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepadanya”.27
 Jadi peranan guru juga sangat dominan dalam menarik minat belajar anak. Anak akan malas belajar bila tidak menyukai gurunya, demikian juga anak akan belajar dengan senang hati bila gurunya menyenangkan. Dalam hal ini, adalah guru yang pandai mengambil hati anak didik melalui penampilan, metode yang digunakan, cara berbicara dan menarik simpati anak, dengan seluruh jiwa dan raganya serta sifat dan tingkah lakunya.
Dari keterangan-keterangan diatas dapat kita lihat bahwa, faktor-faktor penyebab kurangnya minat belajar siswa secara garis besar disebabkan oleh dua faktor :
1.      Faktor Internal ( dari dalam diri anak)
Yaitu :
-          Pelajaran siswa tidak sesuai dengan bakat, kebutuhan dan tingkaat kemamapuan siswa.
-          Keadaan fisik anak
-          Sikap dalam belajar dan lain-lain
2.      Faktor Eksternal (dari luar diri anak) Diantaranya :
-          Kurangnya penggunaan media
-          Kurangnya penggunaan metode
-          Penampilan sosok guru dan lain-lain.
      Demikianlah faktor-faktor yang menyebabkan kurangnya minat belajar siswa.
5.      Indikator-Indikator kurangnya minat belajar siswa
Sebagaimana telah kita ketahui bahwa, minat merupakan aspek penting dalam aktifitas belajar, dengan adanya minat anak akan terdorong untuk berusaha begitu sebaliknya, kurangnya minat dalam belajar akan menyebabkan aktifitas belajar terganggu.
Kurangnya minat belajar siswa dapat kita lihat dari bebrapa hal, diantaranya siswa itu malas mengikuti pelajaran, tidak mau mengulang perkerjannya dirumah, dan rendahnya prestasi siswa tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat S. Nasution bahwa : Pelajaran akan berjalan lancar bila ada minat anak akan malas tidak belajar, gagal karena tidak adanya minat.28
Selain itu, kurangnya minat belajar juga dapat diketahui dan kurangnya konsentrasi siswa dalam belajar sebagaimana yang dikemukakan oleh Muhammad Ali bahwa : antara minat dan konsentrasi sangat berkaitan erat dan berpengaruh dalam belajar siswa.29
Selanjutnya Oemar Hamalik juga mengatakan : minat yang besar akan mendorong motivasinya, kurangnya minat menyebabkan kurangnya perhatian dan usaha belajar sehingga menghambat studinya.30
Dari teori-teori diatas dapat kita lihat bahwa indikator-indikator kurangnya minat belajar siswa dapat kita lihat dari :
1.      Siswa itu malas mengikuti pelajaran
2.      Kurangnya konsentrasi dalam belajar
3.      Kurangnya perhatian terhadap pelajaran
 Hal ini dapat dilihat dari :
-          Siswa tidak memperhatikan penjelasan guru
-          Malas mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru
-          Kurangnya antusias dalam mengikuti pelajaran
Demikianlah indikator-indikator kurangnya minat belajar siswa. 



     1 Whiterington, Psikolog Pendidikan, (Jakarta: Aksara Baru, 1985), h. 135.
      2 Ahmad D Marimba, Pengantar filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Al-Ma’arif, 1989), h. 88.
      3A.S. Honrby, the Advenced learner’s Dictionary Of Currenct English, (London: Oxford Universicity Press 1973), h. 515.
     4 Wasti Sumanto, Psikolog Pendidikan, (Jakarta: Rieneka Cipta, 1990), h. 99
     5 Nana Sudjana dan Daeng Arifin, Cara Belajar Siswa Aktif (dalam proses belajar mengajar), (Bandung: Sinar Baru, 1978), h. 17.
     6  Ibid, hlm.17.
     7 S. Nasution, Dikdaktik Azas-azas Mengajar, (Jakarta: Jemmars, 1982), h.204.
     8 Abd. Rachman Sholeh, Didaktik Pendidikan Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), h. 65
     9 S. Nasution, Op Cit., h. 181.
   10 M.Ngalim, Psikolog Pendidikan, (Bandung: Remaja Karya, 1985), h. 71.
      11 W.S. Wingkel, Psikolog Pendidikan dan Evaluasi Belajar, (Jakarta: Gramedia, 1983), h. 31.
      12 S. Nasution, Op Cit., h. 85.
     13 Wayan Nurkencana dan Sumartana, Evaluasi Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1986), h. 230.
     14 Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan dan Penyuluhan Belajar di Sekolah, Bina Ilmu, Bandung, hlm. 30.
     15 Abu Ahmadi, dan Widood Supriono, Psikolog Belajar, Rieneka Cipta, Jakarta, 1991, hlm. 79.
     16 S. Nasution, Op Cit, hlm. 71.
     17 Abu Ahmadi dan Widodo Supiono, Op Cit, hlm. 76.
     18 Alisuf Sobari, Psikolog Pendidikan, CV. Pedoman Ilmu Jaya, Jakarta, 1995, hlm. 84.
     19 Ibid, hlm. 84.
     20 Thomas F. Staton, Cara Mengjar Dengan Hasil Baik, CV. Dipernogoro, Bandung, 1978, hlm. 169.
     21 Tayar Yusuf dan Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran  Agama dan Bahasa Arab, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1997, hlm. 118.
     22 Muhammad Sholeh Samak, Panut Tatris Lit-tarbiyah Tid Diniyyah, Maktabah al-Anjalu, Mesir, 1978, hlm. 19
     23 Tayar Yusuf dan Syaiful Anwar, Op Cit, hlm. 4.
     24 Kurt Singger, Memebina hggasrat Belaajr Disekolah, Remaja Karya, Bandung, 1978, hlm. 91.
     25 Singgih D Guanarsa, Dasar Dan Teori Perkembangan Anak, BPK. Gunung Mulia, Jakarta, 1982, hlm. 136
     26 Departemen Agama RI, OP Cit,   hlm. 224.
     27  Kulyubi Mahsan dan  Chairunnisa Vurniah, Tafsir Tarbawi, Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Intan, 2006, hlm. 152.
     28 S. Nasution, Op Cit, hlm. 85
     29 Muhammad Ali, Bimbingan Belajar Siswa, Sunar Baru, Bandung, hlm. 15.
     30 Oemar Hamalik, Metode Belajar dan Kesulitan-kesulitan Belajar, Tarsito, Bandung, hlm. 113.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar